Prospek Agribisnis wortel
Menurut Agrobis (2000), terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kemasan yaitu:
a.Desain harus menarik, informative, dan memberikan image yang baik, kuat, namun mudah di buka.
b.Informasi dan pelabelan, jelas berisi perihal perusahaan, macam produk, cara penyimpanan, dll.
Menurut Nur Berlian V.A dan Estu R. (2000), pengemasan merupakan suatu cara untuk melindungi atau mengawetkan wortel,juga memperlancar transportasi dan distribusi ke konsumen. Kemasan yang biasa digunakan dibedakan menjadi 2 yaitu:
a.Kemasan karung plastik untuk tujuan ke pasar induk atau grosir.
b.Kemasan film plastik sehingga tampil baik, rapi, dan menarik untuk keperluan dijual di supermarket.
Perkembangan Ekspor Wortel
Jepang merupakan target pasar yang baik untuk komoditas sayur-sayuran di masa yang akan datang. Hal ini terlihat dari tingginya impor komoditas tersebut selama 25 tahun terakhir. Wortel dan lobak misalnya, walaupun produksi dalam negerinya cukup baik, tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pada tahun 1993, produksi wortel dan lobak adalah sebesar 709.000 ton akan tetapi Jepang masih mengimpor komoditi tersebut sebesar 9.266 ton, dengan nilai ¥ 677 million. Pada tahun 1994, volume impor malah meningkat menjadi 18.212 ton, dengan nilai ¥ 1.2 billion.
Pada saat ini negara pengekspor wortel dan lobak ke Jepang adalah Taiwan, China, USA, New Zealand and Australia. Indonesia belum berpartisipasi banyak dalam mensuplai komodtitas tersebut ke Jepang. Pada tahun 1993, volume ekspor Indonesia terhadap komoditi tersebut hanya 7 ton, dengan nilai ¥ 1.3 million, tetapi pada tahun 1994 ekspor Indonesia tidak ada sama sekali. Hal ini merupakan fenomena yang kurang baik bagi perdagangan wortel kita mengingat produksi wortel Indonesia sangat baik.
Produksi Dalam Negeri
Luas areal tanam untuk wortel di Jepang terus berkurang dari tahun ke tahun.berkurang dari tahun ke tahun. Kalau pada tahun 1987 luas arealnya adalah 23.000 ha maka pada tahun 1992 luas arealnya hanya 2.300 ha. Namun demikian produksi wortel dalam negeri tidak mengalami penurunan bahkan, sebaliknya. Pada tahun 1987 produksi wortel dalam negeri sebesar 669.300 ton, sedangkan pada tahun 1992 produksinya naik menjadi 690.300 Mts. Ini berarti bahwa ada peningkatan produksi untuk wortel. Bahkan pada tahun 1993 produksi dalam negerinya meningkat menjadi 709.000 ton.
Berbeda dengan lobak, luas areal tanam untuk komoditi ini mengalami penurunan tetapi tidak sedrastis pada tanaman wortel. Demikian juga produksinya mengalami penu-runan dari tahun ke tahun selama periode 1987-1992. Total produksi lobak pada tahun 1992 (197.700 ton) turun sebesar 8,7 % dibandingkan dengan total produksi dalam negeri tahun 1987.
Konsumsi Dalam Negeri
Konsumsi dalam negeri dihitung dengan mengurangi total volume ekspor dariproduksi dalam negeri dan impor. Dari data statistik perdagangan pertanianJepang terlihat bahwa ekspor wortel dan lobak dimulai pada tahun 1994. Oleh karena data produksi pada tahun tersebut tidak tersedia maka angka konsumsi dalam negeri akan dihitung berdasarkan data pada tahun 1992. Pada tahun 1992 produksi dalam negeri wortel dan lobak adalah 888.000 ton. Sedangkan total import untuk komoditas tersebut pada tahun yang sama adalah 2.967 ton. Karena kegiatan ekspor untuk komoditas tesebut pada tahun 19 pada tahun 1992 belum ada, maka konsumsi domestik untuk wortel dan lobak adalah 890.967,4 ton. Jika jumlah penduduk jepang pada tahun tersebut sebanyak 124.452.000 orang, maka konsumsi per kapita untuk komoditas tersebut adalah 7.2 kg.
Sejarah Impor
Pada tahun 1994, Jepang mengimpor sebanyak 18.212,5 ton.wortel dan lobak, baik dalam bentuk segar maupun dalan bentuk dingin, dengan total nilai ¥ 1,2 milyar. Jika dibandingkan dengan total impor pada tahun 1990, maka angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 400 persen. Volume importnya memangpengalami penurunan sebesar 7.039 ton pada tahun 1992 dari angka tahun 1991 (70.3%), tetapi sejak saat itu volume impor bertambah setiap tahun.
Demikian juga untuk nilai impornya, mengalami tren yang sama dengan volume impor. Kalau pada tahun 1990 nilai impornya mencapai ¥ 331,3 juta, maka pada tahun 1991 nilainya bertambah menjadi ¥ 713,5 juta. Nilai impor turun drastis sebesar & yen; 477,5 juta (67.1%) pada tahun 1992 dibandingkan dengan keadaan tahun 1991,tetapi sejak saat itu nilai impor naik sebesar ¥ 981.9 juta.
Market Share Impor
Taiwan adalah pengekspor utama wortel dan lobak ke Jepang, walaupun kontribusinya ke negara tersebut berfluktuasi selama lima tahun terakhir. Pada tahun 1990, Taiwan menguasai hampir seluruh pemasaran wortel dan lobak di pasar Jepang dengan ‘market share’ sebesar 95.4 %. Pada tahun 1994, walaupun dominasi Tailand pun dominasi Taiwan masih tinggi namun market share negara ini terhadap wortel dan lobak hanya sebesar 52 %. China menunjukkan kemajuan yang pesat dalam perdagangan wortel dan lobak ke Jepang. Selama periode 1990-1993 kontribusinya di pasar Jepang masih sangat rendah, yaitu sebesar 1 %. Namun pada tahun 1994, market share negara ini telah mencapai 29 persen. New Zealand and USA adalah negara terbesar ketiga dan keempat mensuplai wortel dan lobak ke Jepang, masing dengan market share sebesar 7.2 % dan 6.2 % pada tahun 1994.
Indonesia baru mulai mengekspor wortel dan lobak ke Jepang pada tahun 1993 sebanyak 7 ton dengan total nilai sebesar ¥ 1,35 juta. Sayangnya kegiatan ekspor initerhenti pada tahun-tahun selanjutnya. Hal ini perlu dirintis lagi mengingat Indonesia adalah negera penghasil wortel dan lobak yang baik. Memang saingan kita adalah negara-negara yang maju, namun bukan tidak mungkin Indonesia dapat menembus pasar Jepang.
Musim Impor
Musim sangat penting diperhatikan bila ingin terjun dalam bisnis sayur-sayuran di pasar Jepang karena hal ini sangat berpengaruh terhadap produksi dan konsumsi dalam negeri negara Sakura tersebut. Walaupun dari statistik perdagangan terlihat bahwa kegiatan impor wortel dan lobak ini berjalan sepanjang tahun namun ada bulan-bulan tertentu dimana kegiatan impornya sangat intensif sehingga volume impornya pada periode tersebut lebih tinggi dari bulan lainnya.
Pada tahun 1994, total volume impor dari wortel dan lobak adalah 18,212 ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 23.6 % nya disupplai pada bulan Desember. Hal ini disebabkan karena musim dingin pada bulan tersebut yang menyebabkan produksi sayur-sayuran di Jepang terhenti sama sekali. Pada bulan Februari volume impornya sangat rendah, yaitu hanya sebesar 0.01 % dari total impor pada tahun1994 tersebut.
USA, Taiwan, Australia and New Zealand adalah negara yang paling konsisten melakukan kegiatan ekspor selama tahun 1994 . USA (kecuali Januari) dan Taiwan (kecuali Februari) mengeskpor wortel dan lobak sepanjang tahun. New Zealand absen pada bulan Januari dan Oktober dan Australia absen pada bulan Januari dan Februari. Korea Selatan mengekspor wortel dan lobak ke Jepang hanya pada bulan Desember.
Sistem Distribusi
Umumnya semua produk-produk pertanian yang di impor ke Jepang (termasuk wortel dan lobak) melalui sistem pasar induk. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam hal ini adalah Seiko yang biasanya membeli produk-produk pertanian melalui importir dan kemudian menjualnya lagi ke pasar induk yang lebih kecil. Dari sini kemudian produk tersebut masuk ke distributor, supermarket dan ke retailer.Beberapa importer menjual produknya langsung ke supermarket.
Harga
Harga di Tingkat Pasar Induk Harga rata-rata per tahun komoditas wortel dan lobak di tingkat pasar induk adalah sebesar ¥122/kg pada tahun 1994, ¥2 lebih rendah dibanding pada tahun 1993. Analisa terhadap perkembangan harga rata-rata di tingkat pasar indukselama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa secara umum, harga umumnya tinggi selama July-September, yaitu pada saat supplai rendah.
Harga rendah selama periode Oktober-Desember, yaitu pada saat supplai tinggi. Harga rata-rata tahunan wortel ti tingkat pasar induk naik dari ¥123/kg pada tahun 1993 ke ¥168/kg pada tahun 1994. Harga ini lebih stabil dibandingkan dengan harga lobak, tetapi harga ini sedikit tinggi pada bulan Agustus dan September.
3.1Harga per Unit
Harga rata-rata per unit satuan untuk wortel dan lobak yang diimpor selama empat tahun terakhir adalah ¥ 71.9/kg. Pada tahun 1994, hara rata-rata per unit paling tinggi untuk wortel dan lobak USA, diikuti dengan wortel dan lobak Canada, Australia, Vietnam, Singapore, Taiwan dan China yaitu berturut-turut senilai ¥ 153.6/kg, ¥ 90.9/kg, ¥ 83.9/kg, ¥ 81.7/kg, ¥66.2/kg dan ¥45.7/kg .Untuk tahun 1994, rata-rata harga bulanan per unit satuan tertinggi pada bulan, yaitu sebesar ¥ 199.1/kg. Hal ini semata-mata karena pada bulan tersebut hanya USA yang mengekspor wowrtel ke Jepang dan dari keterangan sebelumnya terlihat bahwa harga wortel USA paling tinggi. Namun, secara umum harga per unit untuk komoditas tersebut tinggi selama periode Juli - Oktober (Gambar 7). Hal ini disebabkan karenaebabkan karena pengaruh iklim/ musim dingin yang akan segera tiba pada bulan tersebut dan produksi dalam negeri biasanya sangat rendah pada bulan-bulan tersebut.
Peraturan Impor
Biasanya sayuran segar dijual/ekspor segera setelah waktu panen, sehingga sangat rawan sebagai host dari berbagai penyakit ataupun serangan binatang lainnya. Oleh karena itu untuk jenis komoditas ini perlu penanganan pasca panen yang lebih intensif dan teliti. Bagi negara-negara impotir, kesegaran merupakan prioritas utama yang dilihat pada saat tiba di pelabuhan, baru kemudian pengecekan dilakukan terhadap beberapa faktor seperti : negara asal, nama/perusahaan importir/eksportir, ‘disinfection treatment’, dan (jika ada) prosedur ekspor dari negara asal.
Sampel dari tiap-tiap komoditi secara acak diambil dan diperiksa apakah ada mengandung penyakit atau binatang lainnya. Jika ditemukan hal-hal yang mencurigakan maka akan dilakukan tindakan : desinfeksi atau dihancurkan, atau komoditas tersebut harus segera diangkut keluar nari negara tersebut. Inspeksi terhadap sayuran segar bisanya dilakukan pada tempat-tempat berikut : Pelabuhan laut : Adair, Muroran, Tokyo, Kawasaki, Yokohama, Nagoya, Yokkaichi, Kobe, Osaka, Shimonoseki, Moji, Hakata, Kagoshima, Naha. Pelabuhan Udara : New Chitose Airport, New Tokyo International Airport (Narita Airport), Tokyo International Airport (Haneda Airport), Nagoya Airport (Komaki Airgoya Airport (Komaki Airport), Kansai International Airport, Fukuoda Airport (Itatuke Airport, Nagasaki Airport.
Grades Dan Standar Yang Dikehendaki Konsumen
Uraian secara lengkap untuk informasi ini, misalnya mengenai warna, ukuran (panjang dan besar) untuk wortel sangat terbatas. Untuk lobak, ada tigas jenis ukuran yang beredar di pasar Jepang. Yang pertama adalah yang disebut tipe 2L, yang mempunyai berat sekitar 1.3 kg per buah dan bisanya terdapat 8 buah untuk setiap ukuran 10 kg kardus. Tipe yang kedua adalah tipe L, beratnya berkisar antara 1.0 - 1.3 kg dan biasanya terdapat 10 buah dalam kardus yang sama. Yang ketiga adalah tipe M yang mempunyai kisaran berat antara 0.7 - 1.0 kg dan terdapat 12 buah dalam setiap kardus.
Tariff Rates
Sesuai dengan petunjuk dalam Tariff Rates Schedule, Japanese Finance Ministry, 1995, wartel dan lobak dari Indonesia dikenakan tarif sebesar 5 %.Bagi negara-negara yang tidak termasuk anggota WTO dikenakan tarif sebesar 10 %.
Prospek Ekspor Dari Indonesia
Mengingat produksi wortel di Indonesia sangat baik dan petani kita sudah berpengalaman dalam budidaya wortel, maka terbuka kemungkinan untuk mengarahkan ekspor wortel kita ke Jepang. Untuk itu memang harus dilakukan penelitian akan kriteria/karakteristik yang dikehendaki oleh konsumen Jepang. Khususnya pada saat ini, wortel dan lobak belum termasuk daftar sayuran yang dilarang untuk diimp sayuran yang dilarang untuk diimpor dari Indonesia, sehingga lebih mempermudah proses ekspor komoditi tersebut ke Jepang.
Pada tahun 1993, luas areal pertanaman wortel adalah 15.558 ha dimana hampir separuhnya ada di Jawa, dengan total produksi wortel segar sebesar 201.332 ton. Dari jumlah tersebut yang diekspor baru sejumlah 3.034 ton dengan nilai US$ 402.825. Daerah penghasil utama wortel adalah Jawa Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Reference:
Agrobis, 2002. “Pengemasan Sayur Untuk Ekspor” No. 499 Minggu I Desember 2002.
George N. Agrios, 1996. “ Ilmu Penyakit Tumbuhan” Gajah Mada Universitas Press, Yogyakarta.
Laporan Bulanan Dinas pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Bondowoso Desember 2004
Nur Berlian dan Estu Rahayu, 2000. “ Wortel dan Lobak” Penebar Swadaya, Jakarta.
Philip Kotler, 2000. “Manajemen Pemasaran” PT. Prenhallindo, Jakarta.
Rukmana, Rahmat. 1995 Bertanam wortel. : Kanisius Yogyakarta,
Taufik, R. 2004. Laporan PKL Politeknik Negeri Jember
a.Desain harus menarik, informative, dan memberikan image yang baik, kuat, namun mudah di buka.
b.Informasi dan pelabelan, jelas berisi perihal perusahaan, macam produk, cara penyimpanan, dll.
Menurut Nur Berlian V.A dan Estu R. (2000), pengemasan merupakan suatu cara untuk melindungi atau mengawetkan wortel,juga memperlancar transportasi dan distribusi ke konsumen. Kemasan yang biasa digunakan dibedakan menjadi 2 yaitu:
a.Kemasan karung plastik untuk tujuan ke pasar induk atau grosir.
b.Kemasan film plastik sehingga tampil baik, rapi, dan menarik untuk keperluan dijual di supermarket.
Perkembangan Ekspor Wortel
Jepang merupakan target pasar yang baik untuk komoditas sayur-sayuran di masa yang akan datang. Hal ini terlihat dari tingginya impor komoditas tersebut selama 25 tahun terakhir. Wortel dan lobak misalnya, walaupun produksi dalam negerinya cukup baik, tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pada tahun 1993, produksi wortel dan lobak adalah sebesar 709.000 ton akan tetapi Jepang masih mengimpor komoditi tersebut sebesar 9.266 ton, dengan nilai ¥ 677 million. Pada tahun 1994, volume impor malah meningkat menjadi 18.212 ton, dengan nilai ¥ 1.2 billion.
Pada saat ini negara pengekspor wortel dan lobak ke Jepang adalah Taiwan, China, USA, New Zealand and Australia. Indonesia belum berpartisipasi banyak dalam mensuplai komodtitas tersebut ke Jepang. Pada tahun 1993, volume ekspor Indonesia terhadap komoditi tersebut hanya 7 ton, dengan nilai ¥ 1.3 million, tetapi pada tahun 1994 ekspor Indonesia tidak ada sama sekali. Hal ini merupakan fenomena yang kurang baik bagi perdagangan wortel kita mengingat produksi wortel Indonesia sangat baik.
Produksi Dalam Negeri
Luas areal tanam untuk wortel di Jepang terus berkurang dari tahun ke tahun.berkurang dari tahun ke tahun. Kalau pada tahun 1987 luas arealnya adalah 23.000 ha maka pada tahun 1992 luas arealnya hanya 2.300 ha. Namun demikian produksi wortel dalam negeri tidak mengalami penurunan bahkan, sebaliknya. Pada tahun 1987 produksi wortel dalam negeri sebesar 669.300 ton, sedangkan pada tahun 1992 produksinya naik menjadi 690.300 Mts. Ini berarti bahwa ada peningkatan produksi untuk wortel. Bahkan pada tahun 1993 produksi dalam negerinya meningkat menjadi 709.000 ton.
Berbeda dengan lobak, luas areal tanam untuk komoditi ini mengalami penurunan tetapi tidak sedrastis pada tanaman wortel. Demikian juga produksinya mengalami penu-runan dari tahun ke tahun selama periode 1987-1992. Total produksi lobak pada tahun 1992 (197.700 ton) turun sebesar 8,7 % dibandingkan dengan total produksi dalam negeri tahun 1987.
Konsumsi Dalam Negeri
Konsumsi dalam negeri dihitung dengan mengurangi total volume ekspor dariproduksi dalam negeri dan impor. Dari data statistik perdagangan pertanianJepang terlihat bahwa ekspor wortel dan lobak dimulai pada tahun 1994. Oleh karena data produksi pada tahun tersebut tidak tersedia maka angka konsumsi dalam negeri akan dihitung berdasarkan data pada tahun 1992. Pada tahun 1992 produksi dalam negeri wortel dan lobak adalah 888.000 ton. Sedangkan total import untuk komoditas tersebut pada tahun yang sama adalah 2.967 ton. Karena kegiatan ekspor untuk komoditas tesebut pada tahun 19 pada tahun 1992 belum ada, maka konsumsi domestik untuk wortel dan lobak adalah 890.967,4 ton. Jika jumlah penduduk jepang pada tahun tersebut sebanyak 124.452.000 orang, maka konsumsi per kapita untuk komoditas tersebut adalah 7.2 kg.
Sejarah Impor
Pada tahun 1994, Jepang mengimpor sebanyak 18.212,5 ton.wortel dan lobak, baik dalam bentuk segar maupun dalan bentuk dingin, dengan total nilai ¥ 1,2 milyar. Jika dibandingkan dengan total impor pada tahun 1990, maka angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 400 persen. Volume importnya memangpengalami penurunan sebesar 7.039 ton pada tahun 1992 dari angka tahun 1991 (70.3%), tetapi sejak saat itu volume impor bertambah setiap tahun.
Demikian juga untuk nilai impornya, mengalami tren yang sama dengan volume impor. Kalau pada tahun 1990 nilai impornya mencapai ¥ 331,3 juta, maka pada tahun 1991 nilainya bertambah menjadi ¥ 713,5 juta. Nilai impor turun drastis sebesar & yen; 477,5 juta (67.1%) pada tahun 1992 dibandingkan dengan keadaan tahun 1991,tetapi sejak saat itu nilai impor naik sebesar ¥ 981.9 juta.
Market Share Impor
Taiwan adalah pengekspor utama wortel dan lobak ke Jepang, walaupun kontribusinya ke negara tersebut berfluktuasi selama lima tahun terakhir. Pada tahun 1990, Taiwan menguasai hampir seluruh pemasaran wortel dan lobak di pasar Jepang dengan ‘market share’ sebesar 95.4 %. Pada tahun 1994, walaupun dominasi Tailand pun dominasi Taiwan masih tinggi namun market share negara ini terhadap wortel dan lobak hanya sebesar 52 %. China menunjukkan kemajuan yang pesat dalam perdagangan wortel dan lobak ke Jepang. Selama periode 1990-1993 kontribusinya di pasar Jepang masih sangat rendah, yaitu sebesar 1 %. Namun pada tahun 1994, market share negara ini telah mencapai 29 persen. New Zealand and USA adalah negara terbesar ketiga dan keempat mensuplai wortel dan lobak ke Jepang, masing dengan market share sebesar 7.2 % dan 6.2 % pada tahun 1994.
Indonesia baru mulai mengekspor wortel dan lobak ke Jepang pada tahun 1993 sebanyak 7 ton dengan total nilai sebesar ¥ 1,35 juta. Sayangnya kegiatan ekspor initerhenti pada tahun-tahun selanjutnya. Hal ini perlu dirintis lagi mengingat Indonesia adalah negera penghasil wortel dan lobak yang baik. Memang saingan kita adalah negara-negara yang maju, namun bukan tidak mungkin Indonesia dapat menembus pasar Jepang.
Musim Impor
Musim sangat penting diperhatikan bila ingin terjun dalam bisnis sayur-sayuran di pasar Jepang karena hal ini sangat berpengaruh terhadap produksi dan konsumsi dalam negeri negara Sakura tersebut. Walaupun dari statistik perdagangan terlihat bahwa kegiatan impor wortel dan lobak ini berjalan sepanjang tahun namun ada bulan-bulan tertentu dimana kegiatan impornya sangat intensif sehingga volume impornya pada periode tersebut lebih tinggi dari bulan lainnya.
Pada tahun 1994, total volume impor dari wortel dan lobak adalah 18,212 ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 23.6 % nya disupplai pada bulan Desember. Hal ini disebabkan karena musim dingin pada bulan tersebut yang menyebabkan produksi sayur-sayuran di Jepang terhenti sama sekali. Pada bulan Februari volume impornya sangat rendah, yaitu hanya sebesar 0.01 % dari total impor pada tahun1994 tersebut.
USA, Taiwan, Australia and New Zealand adalah negara yang paling konsisten melakukan kegiatan ekspor selama tahun 1994 . USA (kecuali Januari) dan Taiwan (kecuali Februari) mengeskpor wortel dan lobak sepanjang tahun. New Zealand absen pada bulan Januari dan Oktober dan Australia absen pada bulan Januari dan Februari. Korea Selatan mengekspor wortel dan lobak ke Jepang hanya pada bulan Desember.
Sistem Distribusi
Umumnya semua produk-produk pertanian yang di impor ke Jepang (termasuk wortel dan lobak) melalui sistem pasar induk. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam hal ini adalah Seiko yang biasanya membeli produk-produk pertanian melalui importir dan kemudian menjualnya lagi ke pasar induk yang lebih kecil. Dari sini kemudian produk tersebut masuk ke distributor, supermarket dan ke retailer.Beberapa importer menjual produknya langsung ke supermarket.
Harga
Harga di Tingkat Pasar Induk Harga rata-rata per tahun komoditas wortel dan lobak di tingkat pasar induk adalah sebesar ¥122/kg pada tahun 1994, ¥2 lebih rendah dibanding pada tahun 1993. Analisa terhadap perkembangan harga rata-rata di tingkat pasar indukselama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa secara umum, harga umumnya tinggi selama July-September, yaitu pada saat supplai rendah.
Harga rendah selama periode Oktober-Desember, yaitu pada saat supplai tinggi. Harga rata-rata tahunan wortel ti tingkat pasar induk naik dari ¥123/kg pada tahun 1993 ke ¥168/kg pada tahun 1994. Harga ini lebih stabil dibandingkan dengan harga lobak, tetapi harga ini sedikit tinggi pada bulan Agustus dan September.
3.1Harga per Unit
Harga rata-rata per unit satuan untuk wortel dan lobak yang diimpor selama empat tahun terakhir adalah ¥ 71.9/kg. Pada tahun 1994, hara rata-rata per unit paling tinggi untuk wortel dan lobak USA, diikuti dengan wortel dan lobak Canada, Australia, Vietnam, Singapore, Taiwan dan China yaitu berturut-turut senilai ¥ 153.6/kg, ¥ 90.9/kg, ¥ 83.9/kg, ¥ 81.7/kg, ¥66.2/kg dan ¥45.7/kg .Untuk tahun 1994, rata-rata harga bulanan per unit satuan tertinggi pada bulan, yaitu sebesar ¥ 199.1/kg. Hal ini semata-mata karena pada bulan tersebut hanya USA yang mengekspor wowrtel ke Jepang dan dari keterangan sebelumnya terlihat bahwa harga wortel USA paling tinggi. Namun, secara umum harga per unit untuk komoditas tersebut tinggi selama periode Juli - Oktober (Gambar 7). Hal ini disebabkan karenaebabkan karena pengaruh iklim/ musim dingin yang akan segera tiba pada bulan tersebut dan produksi dalam negeri biasanya sangat rendah pada bulan-bulan tersebut.
Peraturan Impor
Biasanya sayuran segar dijual/ekspor segera setelah waktu panen, sehingga sangat rawan sebagai host dari berbagai penyakit ataupun serangan binatang lainnya. Oleh karena itu untuk jenis komoditas ini perlu penanganan pasca panen yang lebih intensif dan teliti. Bagi negara-negara impotir, kesegaran merupakan prioritas utama yang dilihat pada saat tiba di pelabuhan, baru kemudian pengecekan dilakukan terhadap beberapa faktor seperti : negara asal, nama/perusahaan importir/eksportir, ‘disinfection treatment’, dan (jika ada) prosedur ekspor dari negara asal.
Sampel dari tiap-tiap komoditi secara acak diambil dan diperiksa apakah ada mengandung penyakit atau binatang lainnya. Jika ditemukan hal-hal yang mencurigakan maka akan dilakukan tindakan : desinfeksi atau dihancurkan, atau komoditas tersebut harus segera diangkut keluar nari negara tersebut. Inspeksi terhadap sayuran segar bisanya dilakukan pada tempat-tempat berikut : Pelabuhan laut : Adair, Muroran, Tokyo, Kawasaki, Yokohama, Nagoya, Yokkaichi, Kobe, Osaka, Shimonoseki, Moji, Hakata, Kagoshima, Naha. Pelabuhan Udara : New Chitose Airport, New Tokyo International Airport (Narita Airport), Tokyo International Airport (Haneda Airport), Nagoya Airport (Komaki Airgoya Airport (Komaki Airport), Kansai International Airport, Fukuoda Airport (Itatuke Airport, Nagasaki Airport.
Grades Dan Standar Yang Dikehendaki Konsumen
Uraian secara lengkap untuk informasi ini, misalnya mengenai warna, ukuran (panjang dan besar) untuk wortel sangat terbatas. Untuk lobak, ada tigas jenis ukuran yang beredar di pasar Jepang. Yang pertama adalah yang disebut tipe 2L, yang mempunyai berat sekitar 1.3 kg per buah dan bisanya terdapat 8 buah untuk setiap ukuran 10 kg kardus. Tipe yang kedua adalah tipe L, beratnya berkisar antara 1.0 - 1.3 kg dan biasanya terdapat 10 buah dalam kardus yang sama. Yang ketiga adalah tipe M yang mempunyai kisaran berat antara 0.7 - 1.0 kg dan terdapat 12 buah dalam setiap kardus.
Tariff Rates
Sesuai dengan petunjuk dalam Tariff Rates Schedule, Japanese Finance Ministry, 1995, wartel dan lobak dari Indonesia dikenakan tarif sebesar 5 %.Bagi negara-negara yang tidak termasuk anggota WTO dikenakan tarif sebesar 10 %.
Prospek Ekspor Dari Indonesia
Mengingat produksi wortel di Indonesia sangat baik dan petani kita sudah berpengalaman dalam budidaya wortel, maka terbuka kemungkinan untuk mengarahkan ekspor wortel kita ke Jepang. Untuk itu memang harus dilakukan penelitian akan kriteria/karakteristik yang dikehendaki oleh konsumen Jepang. Khususnya pada saat ini, wortel dan lobak belum termasuk daftar sayuran yang dilarang untuk diimp sayuran yang dilarang untuk diimpor dari Indonesia, sehingga lebih mempermudah proses ekspor komoditi tersebut ke Jepang.
Pada tahun 1993, luas areal pertanaman wortel adalah 15.558 ha dimana hampir separuhnya ada di Jawa, dengan total produksi wortel segar sebesar 201.332 ton. Dari jumlah tersebut yang diekspor baru sejumlah 3.034 ton dengan nilai US$ 402.825. Daerah penghasil utama wortel adalah Jawa Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Reference:
Agrobis, 2002. “Pengemasan Sayur Untuk Ekspor” No. 499 Minggu I Desember 2002.
George N. Agrios, 1996. “ Ilmu Penyakit Tumbuhan” Gajah Mada Universitas Press, Yogyakarta.
Laporan Bulanan Dinas pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Bondowoso Desember 2004
Nur Berlian dan Estu Rahayu, 2000. “ Wortel dan Lobak” Penebar Swadaya, Jakarta.
Philip Kotler, 2000. “Manajemen Pemasaran” PT. Prenhallindo, Jakarta.
Rukmana, Rahmat. 1995 Bertanam wortel. : Kanisius Yogyakarta,
Taufik, R. 2004. Laporan PKL Politeknik Negeri Jember
